Sabtu, 17 November 2012

Ruwatan

Seorang pengusaha terkenal asal Jakarta mengadakan acara ruwatan melalui pertunjukan wayang golek. Ruwatan ini diselenggarakan dengan maksud untuk keselamatan keluarganya terutama cucunya yang telah di khitan. Acara ini di laksanakan di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 2012 di tempat kediamannya di bilangan kawasan jln jendral Sudirman. Pengusaha tersebut adalah Arifin Panigoro salah seorang konglomerat di Indonesia. Arifin Panigoro telah 3 kali melaksanakan ruwatan melalui seni wayang golek, bahkan konon menurut ceritanya kegiatan ruwatan ini telah berlangsung sejak tahun 50an, yakni pada masa bapaknya. Dalam sambutannya acara ruwatan ini tidak hanya dikhususkan bagi keluarganya saja tetapi juga untuk meruwat seluruh bangsa Indonesia yang sedang mengalami keterpurukan dan tidak lupa pula ditujukan untuk presiden RI saat ini yakni Bapak SBY alias Bambang Susilo Yudhoyono. Kegiatan ini hanya dihadiri dan diikuti oleh kalangan tertentu. Diantara tamu yang terlihat diantaranya adalah Tjetje Hidayat Padmadinata dan seorang pengusaha jalan tol Siswono Yudhohusodo

Adalah dalang dari dinasti Sunarya yang dipercaya untuk melaksanakan acara ruwatan ini. Dalang muda dari kelompok Seni Sunda Wayang Golek Putra Giriharja 2 bernama Deden Ade Kosasih Sunarya yang merupakan generasi ketiga dari dinasti Sunarya, telah dua kali memenuhi undangan dari Arifin Panigoro untuk melaksanakan ruwatan bagi keluarganya. Ruwatan yang pertama digelar di salah satu gedung milik Arifin Panigoro, gedung Graha Energi dan yang kedua digelar di rumahnya.

Dalam acara ruwatan biasanaya cerita yang dibawakan diambil dari kisah Batara Kala. Cerita dimulai dari adanya dialog antara Batara Guru dengan Narada. Batar Guru memiliki seorang anak bernama batara kala hasil dari keluarnya air mani dari dirinya akibat ia jatuh cinta pada Dewi Tandana yang sedang bertapa di Rambat Kapanasan. Seluruh Batara dikerahkan untuk menghancurkan air mani tersebut, tetapi daripada hancur malah menjadi makhluk (Batara Kala) dan tinggal di bumi atau dunia. Batara Kala memiliki tabiat aneh yaitu selalu ingin menangkap manusia untuk dijadikan santapannya. Demi memenuhi keinginannya itu batara kala memohon ijin pada Batara Guru yang tinggal di kahyangan agar memperbolehkan memakan manusia. Dengan berat hati Batara Guru memenuhi keinginan anaknya, tetapi harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Bila syarat-syarat tersebut tidak dilaksanakan terlebih dahulu maka batara kala tidak boleh menangkap dan memakan manusia yang diinginkannya. Manusia yang boleh ditangkap dan dimakan oleh Batara Kala adalah :

1. Anak laki-laki tunggal yang disebut Untang-anting.
2. Anak perempuan tunggal yang disebut Unting-unting.
3. Anak yang lahir tanpa bali atau tali puseer disebut Lamunting.
4. Anak berjumlsah empat perempuan semua disebut Sirimpi
5. Anak lima laki-laki semua disebut Pandawa
6. Anak empat laki-laki semua disebut Saramba
7. Anak lima Perempuan semua disebut Pandawi
8. Anak lima, perempuan empat satu laki-laki disebut Pandawa ipil-ipil
9. Anak lima, empat laki-laki satu perempuan disebut Pandawa kaselapan
10. Anak dua laki-laki disebut Uger-uger
11. Anak dua perempuan disebut Kembang sapasang
12. Anak dua, satu perempuan dan satu laki-laki (kakanya) disebut Gandana
13. Anak dua, satu perempuan (kakanya) dan satu laki-laki disebut Gandini
14. Anak tiga panengah laki-laki disebut Kulah ngahapit pancuran
15. Anak tiga yang tengah perempuan disaebut Pancuran ngahapit kulah
16. Anak tunggal ditinggal mati saudaranya disebut Tunggal Kawung
17. Anak tiga, saudara tua dan saudara mudanya mati disebut Nanggung bugang.
18. Bayi yang dilahirkan dipenuhi serat-serat (lamad) disebut Balakulah.
19. Bayi yang dilahirkan waktu tenggelam matahari disebut Harieum
20. Bayi yang dilahirkan kakinya terlebih dahulu disebut Tarujun
21. Bayi yang dilahirkan dengan cara di rogoh disebut Subaha
22. Bayi yang dilahirkan ditinggal mati bapaknya saat dikandung disebut Yatim
23. Orang yang bepergian jauh tanpa tujuan disebut Kadungsang-dungsang.
24. Orang yang bepergiab jauh sendirian disebut Katalimbeng.
25. Berjalan-jalan saat matahari terik tanpa ingat pada Tuhan dan tidak bersuara sedikitpun disebut Tuna      iman.
26. Orang yang bekerja waktu terik matahari tidak berhenti disebut Tanpa ugeran.
27. Orang yang membuang air panas disebut Tanpa alesan.
28. Orang yang memecahkan batu cobek disebut Tuna wiwaha
29. Orang yang membangun rumah belum selesai tapi keburu runtuh disebut Kena musibat.
30. Orang yang membangun rumah dan menemukan jerami tapibukan miliknya disebut Keuna fitnah.
31. Orang yang bekerja dan latnya yang dipakai bekerja rusak (potong atau belah) disebut Kurang riksa.
32. Orang yang sedang menumbuk padi dan alunya patah disebut Suntawer.
33. Anak yang tidakmemiliki ibu dan bapak dosebut Pahatulalis
34. Membuat bangunan di tanah baru.

Dengan dibekali senjata berupa golok bernama Simantawa (manusia harus disembelih dahulu dengan golok simantawa, baru boleh dimakan). Batara Kala mencari ,manusia untuk dijadikan santapannya. Hanya manusia yang telah diruwat oleh dalang Kanda Buana yang bisa selamat dari kejaran Batara Kala. Karena semua orang telah di ruwat oleh dalang Kanda Buana maka tak ada lagi manusia yang boleh ditangkap dan dimakan oleh Batara Kala. Dalam kebingungan Batara Kala menghadap kembali pada Batara Guru untuk mencari jalan keluar yang terbaik untuk dirinya. Akhirnya Batara Guru memberikan wejangan bahwa untuk memenuhi keinginan tidak boleh merugikan orang lain apalagi harus menangkap dan memakan manusia, tetapi untuk keperluan makan diperlukan kerja keras. Batara Kala sudah tidak mempunyai apa-apa lagi dan ingin hidup seperti manusia. Dalang Kanda Buana memberikan segala peralatan pertanian serta beberapa jenis biji-bijian dan umbi-umbian untuk di tanam serta pakaian untuk dipakai tapi dengan syarat harus memberikan kunci keduniawian serta keselamatan lahir bathin dunia akhirat. (Bandung, 04 Noipember 2012.)

KIRAB BUDAYA KUNINGAN

Kirab budaya Jawa Barat zona wilayah tiga Cirebon Dermayon ini diikuti oleh lima kabupaten dan satu kota. Lima kabupaten tersebut adalah Kab. Cirebon, Kab. Indramayu, Kab. Kuningan, Kab. Majalengka dan Kab. Subang, sedangkan satu kota ialah Kota Cirebon. Kegiatan kirab budaya ini menampilkan jenis kesenian yang hampir punah sebagai hasil dari rekonstruksi dan revitalisasi yang dilakukan oleh para sarjana seni yang diturunkan kedaerah sebagai tenaga pemberdayaan di bidang seni. Setiap daerah yang terlibat di haruskan menampilkan tiga paket garapan seni yang khusus disiapkan untuk kegiatan helaran. Konsep helaran tentu berbeda dengan konsep panggung, dimana sebuah helaran dipertunjukan untuk di gelar sepanjang jalan dalam bentuk iring-iringan (aleut-aleutan/elar-elaran : Sunda). Kegiatan ini adalah merupakan program dari Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud) propinsi Jawa Barat bidang kesenian dan film yang pelaksanaannya untuk wilayah zona tiga di berikan pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Kuningan. Peta pembagian zona wilayah seni budaya di Jawa Barat terbagi dalam tiga besar, yang pertama wilayah zona seni budaya priangan dimana diwilayah ini karena terlalu luas dibagi lagi dalam dua zona, yakni zona priangan 1 dan 2, kedua wilayah zona seni budaya melayu betawi dan yang ketiga wilayah zona cirebon dermayon.Selama tahun dua ribu dua belas telah dilaksanakan tiga kali dan keempat kalinya di Kab. Kuningan. kegiatan serupa yang telah diselenggarakan di wilayah zona lain yaitu di Sukabumi untuk zona wilayah seni budaya priangan 1, kemudian di Karawang untuk zona wilayah seni budaya melayu betawi dan di Banjar sebagai wilayah zona seni budaya Priangan 2.

Acara ini dimaksudkan sebagai bentuk apresiasi dari sangat banyaknya jenis kesenian tradisi di Jawa Barat, yang menurut informasi dari dinas pariwisata dan kebudayaan propinsi tercatat ada sekitar 243 jenis seni tradisi dengan kondisi yang beragam. Kondisi beragam tersebut adalah ada jenis kesenian yang punah, hampir punah dan sedang berkembang. Kesenian yang punah salah satu penyebabnya adalah sebagai akibat tidak adanya ruang yang diberikan oleh masyarakat ataupun pemerintah bagi jenis kesenian tersebut untuk tampil. Hal ini disebabkan oleh senangnya masarakat pada jenis kesenian kontemporer dan harus bersaingnya jenis kesenian yang punah tersebut dengan gempuran kedatangan kesenian dari luar yang dirasa lebih modern. Dengan pertimbangan hal itulah maka disparbud propinsi Jawa Barat berinisiatif untuk menyelenggarakan kirab seni budaya dengan maksud untuk memberikan ruang pada seniman untuk tampil dan seniman harus bisa mengkemas pertunjukan seni tersebut agar tidak terlihat jadul dan ujungnya kembali disenangi masyarakat. Kirab seni budaya tersebut sudah dilaksanakan sejak tahun 2011, artinya telah dua tahun berjalan. Kegiatan ini juga dimaksudkkan sebagai wadah bagi para seniman daerah untuk berkreasi dan tampil dalah event yang lebih tinggi yaitu ditingkat Jawa Barat. Harapan pemerintah yang lebih bermanfaat lagi dalam kegiatan ini adalah dituntutnya para seniman untuk turut mendorong pertumbuhkan ekonimi kreatif sehinggga bisa meningkatkan produk domestic bruto yang tinggi minimal bagi daerahnya.

Rute kirab budaya dimulai di depan pendopo paramarta kemudian masuk melalui jln. Siliwangi dan berakhir di Taman kota, menempuh jarak kurang lebih satu kilometer. Acara dibuka oleh bapak bupati kab. Kuningan kemudian selanjutnya dipertunjukan prosesi seni tari buyung yang dikolaborasi dengan tari kaulinan budak lembur disusul dengan angklung buncis.Urutan tampil secara berturut-turut yang pertama dari Kab. Majalengka, Kab. Kuningan, Kab. Cirebon, Kota Cirebon, Kab. Indramayu dan terakhir dari Kab. Subang. Kontingen dari Kab. Kuningan menampilkan seni ngarak dongdang, seni tarian mapag hujan dan ngarak tetenong. Dari kab. Majalengka menampilkan seni simbar kencana nata ing praja. Dari Kab. Cirebon ada tari cokek, seni barong-cu dan seni dompyong. Kemudian dari kota Cirebon ada seni ider naga,barongsay dan seni wayang wong. Selanjutnya dari kab, Subang ada seni kuda giribig, seni heulang jawa dan seni dog-dog leor. Sedangkan dari kab.Indramayu ada seni bunga rampai adat desa, seni genjring akrobat dan seni barong kepet. Dan dari kab.Kuningan ada seni sapton,seni rawayan kajene dan seni ngarak tetenong. Kegiatan ini mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat, meskipun harus bergelut dengan teriknya panas matahari, masyarakat tetap antusias sampai berakhirnya susunan acara yang disajikan. Sebagai bentuk apresiasi dari pihak pemerintahan yang diwakili oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan propinsi Jawa Barat memberikan penghargaan untuk tiga kategori penampil terbaik. Penampil terbaik satu jatuh pada Kab. Subang untuk terbaik kedua dari kab. Indramayu dan terakhir dari kab. Kuningan. Bagi penampill terbaik satu diberi kesempatan untuk tampil di tingkat nasional sebagai wakil zona wilayah tiga dalam acara Helaran Budaya Kemilau Nusantara.

Masyarakat kab.Kuningan yang menyaksikan acara helaran/kirab budaya terlihat sangat puas, mereka berharap dapat menyaksikan jenis kesenian daerah lain di Jawa Barat dan penyelenggaraannya tidak sekedar satu tahun sekali. Pedagang kupat tahu, pedagang air gelas, pedagang kumang, pedagang es krim dan pedagang-pedagang lainnya terlihat bahagia karena dagangannya laku terjual. Hal ini membuktikan bahwa kegiatan kesenian dapat menumbuhkan ekonomi kreatif di masyarakat.

Sampai jumpa pada kegitan yang sama tahun depan.! (Bandung, 12 Nopember 2012.)